07/10/13

~Serial Legenda: Timun Mas~


Hi.. Hi..
Udah lama ya tak sua sama serial yg 1 ini

Kumpul sini, kumpuuul..!
Duduk yg manis yaa..! Tante mau cerita lagi.

Kali ini Tante mau cerita tentang Timun Mas.
Tau nggak timun mas? Cari deh di pasar! pasti nggak ketemu. hihihi..



-------------------- TIMUN MAS --------------------


Pada zaman dahulu kala, di tanah Jawa, hiduplah seorang janda yg tua. Mbok Rondo namanya. Pekerjaannya adalah mencari kayu di hutan. Sudah lama sekali mbok Rondo ingin mempunyai seorang anak. Tapi dia hanya seorang janda miskin, lagi pula sudah tua, mana bisa dia mandapatkan seekor, eh, seorang anak.

Pada suatu hari, sehabis mengumpulkan kayu di hutan, mbok Rondo duduk beristirahat sambil mengeluh.

“Seandainya aku mempunyai seorang anak, hidupku akan lebih ringan sebab ada yg membantuku bekerja.”

Tiba-tiba bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelip.. *kok lebay yah* dan di depan mbok Rondo muncul raksasa bertubuh besar dengan wajah menyeramkan. Mbok Rondo takut melihatnya.

“Hai, ciiiiyn..” kata raksasa itu. *raksasanya ngondek* “Aku adalah Buto Ijo, raksasa sakti. Aku mendengar kalau kamu menginginkan seorang anak, yes? Aku bisa mengabulkan keinginanmu loooh.” Kata si raksasa Buto Ijo dengan suara lantang. Ngondek dikit. :3
“Benarkah?” kata mbok Rondo. Rasa takutnya mulai menghilang.
“Oiya doooong, benar.. Tapi ada syaratnya. Gile loh, hare gene gratis, kencing aja bayar di toilet umum.”

Sungguh mengejutkan ternyata raksasa sakti tersebut dapat menolongnya, akan tetapi ia meminta syarat yg cukup berat. Yaitu puasa mandi dan ganti baju selama 40 hari.

Nggak deng! Syaratnya: “Kalau anakmu mencapai umur 16 tahun, kau harus menyerahkannya kepadaku. Bila kelak anaknya perempuan, dia akan kujadikan santapanku. Kalo anaknya laki-laki, mau gue jadiin pacar.” Jawab raksasa Buto Ijo. *ohh..raksasanya gadun, nyari berondong bok!*

Karena begitu inginnya dia punya anak, maka mbok Rondo tidak berpikir panjang lagi. Yang penting segera mempunyai anak. “Baiklah, aku tidak keberatan,” jawab mbok Rondo.


“Nih, cintah, yey nggak perlu nyari laki buat punya anak.” Kemudian raksasa itu memberi biji mentimun kepada mbok Rondo. Segera setelah pulang dan sesampainya di rumah, kukabarkan semuanya, kepada karang, kepada ombak, kepada matahari dan rumput yg bergoyang. Mbok Rondo langsung menanam benih itu di halaman belakang.

Dua minggu kemudian, tanaman itu sudah berbuah.

Di antara buah mentimun yg tumbuh, ada 2 buah yg sangat besar. Warnanya kekuningan. Kalau tertimpa cahaya matahari, buah itu berkilau seperti emas. Mbok Rondo memetik buah mentimun yg paling besar itu. Dan dengan pisau, dia membelah buah itu dan membukanya dengan hati-hati. Astaga! Kok, isinya popok, botol dan dot bayi?  Ternyata di buah yg satu lagi deh.. Ada seorang bayi perempuan yg mungil dan cantik.

Mbok Rondo sangat gembira. Ia menamakan bayi mungil itu Timun Mas.

Hari, bulan dan tahun pun berganti. Timun Mas tumbuh menjadi seorang gadis jelitur, eh, jelita. Mbok Rondo sangat menyayangi Timun Mas. Pagi itu sangat cerah, mbok Rondo dan Timun Mas bersiap pergi ke hutan mencari kayu, ketika tiba-tiba... Bum! Bum! Bum! Bumi bergetar; disusul dengan suara tawa menggelegar.

“Wah, cilaka ieeeu...” *kok jadi logat sunda ya, kan jawa* “Oalah, ciloko aku, rek..!” Mbok Rondo teringat janjinya. Cepat-cepat ia menyuruh Timun Mas sembunyi di kolong tempat tidur.

“Gooooood morniiiiiiing!” Kata raksasa Buto Ijo. “Aku datang menagih janji,” ucap si raksasa itu.

Mbok Rondo keluar menemuinya.

“Aku tau kedatanganmu kemari untuk menagih janji; Mengambil Timun Mas. Berilah aku waktu 2 tahun lagi. Kalau Timun Mas aku berikan sekarang, tentu kurang lezat untuk disantap.”

“Benar juga kamyuuuh... Baiklah, 2 tahun lagi aku akan kembali, kalau yey bohong, kamu yg akan kutelan mentah-mentah. Setelah aku pukul-pukul manja tentunya.” Ancam si Buto Ijo. *tetep ye bok!* setelah itu, dia meninggalkan rumah mbok Rondo sambil tertawa.

Mbok Rondo menghela napas lega. Kemudian, ia menghampiri anaknya yg masih bersembunyi di kolong tempat tidur.

“Anakku, keluarlah. Raksasa itu sudah pergi,” kata mbok Rondo.

“Aku tadi mendengar percakapan ibu dan raksasa itu. Apa dia menginginkanku?” Kata Timun Mas.

“Benar, anakku. Tapi ibu takkan membiarkanmu menjadi santapan raksasa itu,” kata mbok Rondo sambil memeluk Timun Mas. Dan air matanya berlinang di pipi.

Dua tahun kemudian, Timun Mas sudah tambah dewasa, wajahnya semakin cantik, kulitnya kuning langsat. Tapi mbok Rondo cemas teringat akan janjinya kepada raksasa Buto Ijo.

Pada suatu malam, ketika mbok Rondo sedang tertidur dan bermimpi, ia mendengar suara gaib dalam mimpinya. “Hai, mbok Rondo, kalau kau ingin anakmu selamat, mintalah bantuan kepada pertapa sakti di bukit Gundul.”

Esok harinya, mbok Rondo pergi ke bukit Gundul. Di sana ia bertemu dengan seorang pertapa. Pertapa itu memberikan 4 bungkusan kecil yg isinya: biji timun, jarum, garam, dan terasi. Sang pertapa menerangkan khasiat benda-benda itu, dan dengan heran mbok Rondo menerimanya.

Sesampai di rumah, ia menceritakan perihal pemberian pertapa itu kepada Timun Mas.

“Anakku Timun Mas, mulai saat ini kamu tidak perlu cemas. Kamu tak perlu takut kepada raksasa itu, sebab kamu sudah memiliki penangkalnya. Berdoalah selalu supaya Tuhan menyelamatkanmu,” kata mbok Rondo.

Esoknya, ketika mbok Rondo sedang menjahit baju untuk Timun Mas, bumi berguncang pertanda raksasa Buto Ijo datang.

“Hohoho.. Mana Timun Mas!? Ayo cepat serahkan dia sekarang padaku. Aku sudah sangat lapar!” Kata raksasa Buto Ijo dengan suara menggelegar.

“Baiklah, akan kubawa dia keluar,” kata mbok Rondo.

Ia segera masuk ke rumah. Diambilnya bungkusan pemberian sang pertapa, kemudian diberikannya kepada Timun Mas.

“Anakku, bawalah bekal ini. Pergilah lewat pintu belakang sebelum raksasa itu menangkapmu.”

“Baiklah, ibu.” Mereka berpelukan. Dan setelah itu Timun Mas segera berlari lewat pintu belakang.

“Hei, mbok Rondo, di mana Timun Mas?!” Terdengar suaranya tidak sabar.

“Maafkan aku, raksasa Buto Ijo, ternyata Timun Mas sudah pergi.”

“Apa kau bilang?! Hah!” si raksasa menjerit menggelegar.

Dengan kemampuan matanya yg tajam, Buto Ijo dapat melihat Timun Mas yg sedang melarikan diri. Dan tanpa berkata lagi si raksasa langsung mengejar Timun Mas.

“Walau lari ke ujung dunia, aku pasti dapat mengejarmu, Timun Mas!” Teriak si Buto Ijo.

Karena terus berlari, Timun Mas mulai kelelahan. Dalam keadaan terdesak, Timun Mas mengeluarkan bungkusan pemberian sang pertapa.

Cepat-cepat ia taburkan biji mentimun di sekitarnya. Dan sungguh ajaib, mentimun itu langsung tumbuh dengan lebat dan seketika, terhamparlah hutan mentimun. Buahnya yg besar-besar membuat si raksasa itu berhenti, dan dengan segera dia melahap semua buah mentimun itu, sampai tak ada satupun yg tersisa.

“Hahaha... Buah-buah mentimun ini menambah tenagaku,” Kata si Raksasa.

Setelah kenyang, dia kembali mengejar Timun Mas. Pada saat itu juga Timun Mas membuka bungkusan kedua dan menaburkan jarum-jarum ke tanah, dan berubahlah jarum-jarum itu menjadi hutan bambu yg lebat.

Raksasa itu berusaha menembusnya. Namun tubuh dan kakinya terasa sakit karena tergores dan tertusuk bambu yg patah. Buto Ijo pantang menyerah, dan berhasil melewati hutan bambu itu dan terus mengejar Timun Mas.

“Hai, Timun Mas, jangan harap kamu bisa lolos!” Seru si raksasa sambil membungkuk berusaha untuk menangkap Timun Mas.
Dengan sigap, Timun Mas melompay ke samping, berkelit, dan menghindar.

“Oh, hampir saja aku tertangkap,” Kata Timun Mas sambil terengah-engah. Keringat mulai membasahi tubuhnya. Ia ingat pada bungkusan pemberian pertapa yg tinggal dua; Garam dan terasi.

Timun Mas segera membuka tali pengikat pembungkus garam, dan ditaburkannya ke arah si raksasa Buto Ijo. Seketika, butiran garam itu berubah menjadi lautan.

Buto Ijo terkejut, dan dia tercebur ke dalam laut. Segera dia berenang dengan cepat mengejar Timun Mas yg sudah jauh di depan. Setelah sampai ke tepi, dia kembali mengejar Timun Mas.

Merasa dipermainkan, kemarahan raksasa itu semakin memuncak. “Bocah kurang ajar! Setelah tertangkap nanti, kucincang kau!”

Timun Mas khawatir karena si raksasa berhasil melewati lautan luas itu. Akan tetapi ia tidak putus asa. Ia terus berlari meskipun sudah kelelahan, sambil tetap memegang bungkusan terakhir; Terasi.

Timun Mas kemudian melemparkan bungkusan terakhir; Terasi ke arah si raksasa. Tiba-tiba saja terbentuklah lautan lumpur yg mendidih.

Buto ijo terkejut, dan dalam sekejap, tubuhnya ditelan lautan lumpur mendidih itu. Dengan segala cara, dia berusaha menyelamatkan diri. Meronta-ronta. Tapi usahanya sia-sia. Tubuhnya pelan-pelan tenggelam ke dalam lumpur tak berdasar itu.

“Timun Mas, tolong aku! Aku berjanji tak akan memakanmu! Pliiiiish..” Buto Ijo meminta belas kasihan.

Namun lumpur panas itu menelan tubuh si Buto Ijo, dan Timun Mas bernapas dengan lega karena telah selamat dari bahaya maut.

Setelah itu, Timun Mas bergegas pulang, kembali ke rumahnya. Di kejauhan tampak mbok Rondo berlari kecil ke arah Timun Mas. Wanita itu mengkhawatirkan keselamatan anaknya.

“Syukurlah anakku, ternyata Tuhan masih melindungimu.” Kata Mbok Rondo.

Setelah itu keduanya saling berpelukan dengan rasa haru dan bahagia.


-------------------- THE END --------------------



Naaah... begitulah cerita tentang Timun Mas. Semoga menghibur yah :’)




Jo, Timun-Mas-mas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar